sebagai contoh kisah2 nabi:-
Nabi SAW sangat tepat mendefinisikan kesombongan. Dalam sebuah hadits beliau bersabda bahwa kesombongan adalah “menolak kebenaran dan meremehkan orang lain (Bathr al-Haqq wa Gamth an-Nas)”.
Menolak kebenaran hanya muncul dari orang sombong. Kadarnya bisa kecil atau besar. Banyak contoh disebutkan dalam al-Qur’an. Ayah Nabi Ibrahim tidak mau menerima kebenaran yang dibawa anaknya. Firaun tidak mau menerima kebenaran yang dibawah Nabi Musa, mantan anak asuhnya. Abu Jahal tidak mau menerima kebenaran yang dibawa kemenakannya. Orang sombong tidak mau atau sulit menerima kebenaran. Kita kadang melihat dari mulut siapa kata-kata itu keluar, baru kita mau menerimanya. Hanya lantarannya yang mengatakannya anak kecil, seseorang kadang tidak mau menerimanya meskipun itu benar.
Meremehkan orang lain bisa disebut juga merasa diri lebih tinggi atau lebih suci atau lebih mulia. Ini juga hanya muncul dari orang sombong. Iblis tidak mau mengikuti perintah untuk menghormati Nabi Adam lantaran merasa dirinya lebih tinggi. Katanya, “Engkau (Tuhan) menciptakanku dari api dan Engkau menciptakannya (Adam) dari tanah”. Iblis merasa api lebih mulia dari tanah. Biasanya, seseorang memang lebih mudah melihat aib orang lain ketimbang memeriksa aib diri sendiri. “Semut di seberang lautan tampak, sedangkan gajah di pelupuh mata tidak tampak”, demikian kata pepatah.
Oleh karena itu, betapapun Allah memerintahkan manusia dan orang beriman untuk bertakwa, namun tidak ada seorangpun yang berhak mengkalaim dirinya sebagai paling bertakwa. Allah berfirman, “janganlah kalian merasa suci, sebab Allah semata yang mengetahui orang bertakwa”. Makanya, Nabi menujuk dadanya sebagai tempat bersemayamnya takwa. “Takwa itu di sini, takwa itu di sini, takwa itu di sini (at-taqwa ha huna, at-taqwa ha huna, at-taqwa hahuna)”, sabda Rasulullah SAW ketika menjelaskan takwa. Karena takwa tempatnya di hati, seseorang tidak tahu hati orang lain. Kalau dia merasa hatinya paling suci, sangat boleh jadi hati orang lain lebih suci lagi.
Maka yang berhak sombong hanya Allah SWT. Dalam al-Qur’an, Allah SWT menantang orang-orang yang sombong. Adakah dari mereka yang bisa menembus bumi dan melebihi tingginya gunung? Makanya Allah memerintahkan seseorang untuk tidak berjalan dengan membusungkan dada merasa diri paling hebat, paling gagah atau paling suci sendiri. Seberapapun kekuasaan manusia, tetap saja manusia lemah. Karena kekuasaan, harta atau apapun juga di dunia ini titipan dan berada di bawah kekuasaan mutlak Allah. Allah bisa mengangkat atau menghinakan seseorang. Karun yang sombong karena harta ditenggelamkan ke perut bumi. Firaun yang sombong karena kekuasaannya ditimbul tenggelamkan di laut merah ketika meregang nyawa.
Tidak boleh sombong. Sedikitpun tidak boleh sombong. Tidak ada yang layak disombongkan oleh manusia. Rasulullah SAW menyebut bahwa orang yang memelihara kesombongan meskipun hanya sebesar atom, tidak akan masuk surga. Maka, kuncinya hanya dua: kita harus menerima kebenaran dari apapun dan siapapun datangnya; dan kita harus tidak boleh meremehkan orang lain, apapun kondisi. Sebab sangat boleh jadi orang yang kita remehkan itu, lebih mulia dalam pandangan Allah ketimbang kita yang merasa lebih mulia darinya.
p/s: jangan lah sombong dan bongkak ya iklas dari atia.
No comments:
Post a Comment